Flash sebagai Media Pembelajaran

4 01 2012

Baru bisa nulis lagi nih, kemarin-kemarin sibuk banget sama tugas dan pernak-perniknya. .hhe

Sekarang ini bidang pendidikan khususnya dalam pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari teknologi. Pendidikan tanpa dibumbui teknologi akan terasa hampa, bagai sayur tanpa garam (tidak dapat memberi makna dari arti pendidikan tersebut). hhe.

Jadi teknologi dan pendidikan dapat di ibaratkan bagai dua sisi mata uang yang memiliki arti konstrutif.

Maka dari itu kita sebagai guru harus pandai-pandai memanfaatkan teknologi agar pembelajaran lebih interaktif, menyenangkan dan lebih bermakna. Dalam pembelajaran kita dapat menggunakan teknologi berupa Flash sebagai media pembelajaran. Flash merupakan alat pembuat animasi yang handal, sehingga dapat digunakan untuk media pembelajaran. Program pembuat flash yang sudah kita kenal antara lain yaitu Macromedia Flash dan Adobe Flash.

Disini saya mengunakan program macroedia flash. Programnya dapat di unduh disini.

Dengan bantuan flash, kita dapat membuat pembelajaran yang interaktif misalnya kita dapat membuat sebuah materi yang menarik bagi siswa, membuat soal evaluasi serta yang lainnya. Disini saya mencoba membuat sebuah kamus interaktif sebagai tugas mata kuliah.
Tampilannya sebagai berikut :

Kamus Interkatif

Background : dari gedelumbung.com

Silahkan bagi yang ingin mendowndload file (.exe) nya  disini.

Terimas kasih kepada blog {F4154LMAN} dan gedelumbung.com yang telah memberikan tutorialnya serta memberikan contoh-contoh media interaktif.





Fungsi Media Pembelajaran

11 06 2011

Fungsi Media Pembelajaran dapat difocuskan pada dua hal. Pertama analisis fungsi yang didasarkan pada medianya, terdapat tiga fungsi media pembelajaran, yakni (1) Fungsi sebagai sumber belajar, (2) Fungsi semantik, (3) fungsi manipulatif. Kedua , analisis fungsi berdasarkan pada penggunaanya (anak didik) terdapat dua fungsi, yakni (4) fungsi psikologis dan (5) fungsi sosio-kultural.

Dengan demikian, terdapat lima fungsi media pembelajaran. Dan akan dibahas secara lebih lanjut sebagai berikut :

1. Fungsi sebagai sumber belajar

Dalam kalimat “sumber belajar” tersirat makna kektifan, yakni sebagai penyalur, penyampai, penghubung dan lain-lain. Mudhoffir dalam bukunya yang berjudul Prinsip-prinsip Pengelolaan Pusat Sumber Belajar (1992:1-2) menyebutkan bahwa sumber belajar pada hakikatnya merupakan komponen sistem instuksional yang meliputi pesan, orang, bahan, alat teknik dan lingkungan, yang mana hal itu dapat mempengaruhi hasil belajar. Dengan demikian sumber belajar dapat dipahami sebagai segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar.

Pada usia sekolah terutama setelah menyelsaikan sekolah dasarnya, anak didik telah mencapai tingkat kesadaran sosial yang jelas sebagai hasil pengalamannya dengan keluarganya, kawan-kawan sekolahnya (orang-orang dewasa dan anak-anak), kelompok-kelompok keagamaan dan masyarakat, dan media sosialisasi lainnya, seperti film, acara radio, bbuku dan majalah, itu semua adalah sumber belajar bagi anak yang bersangkutan. Selama perkembangan horizonnya, maka dia pun semakin betambah mampu memasuki dunia sosialnya bukan hanya orang-orang atau objek-objek yang ada dalam lingkungannya yang dekat tetapi juga melalui saluran buku, film,, televisi dan lain sebagainya, yang jauh lagi berbeda-beda pola sosiall dan kebudayaannya.

2. Fungsi semantik

Yakni kemampuan media dalam menambah pembendaharaan kata (simbol verbal) yang makna atau maksudnya benar0benar dipahami anak didik (tidak verbalistik)

Kata atau kata-kata sudah jelas merupakan simbol vverbal. Simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk atau dipandang sebagai wakil sesuatu lainnya. Jadi, gambar singa dapat dipakai sebagai keberanian, wibawa. Padahal biasanya harimau dirujukan kepada binatang buas. Hubungan antara kat, makna dan perujukan menjadi amat jelas, yakni “makna” tidak melekat pada “kata”; “kata” hanya bermakna  bila telah dirujukan kepada sejumlah referen. Manusialah yang memberi makna  pada setiap kata yang disampaikannya.

Apabila simbol-simbol kata verbal tersebut hanya merujuk kepada benda, misalnya candi borobudur, jantung manusia, ikan paus, maka masalah komunikasi akan menjadi sederhana, artinya guru tidak terlalu sulit untuk menjelaskannya.

Namun apabila kata tersebut merujuk kepada peristiwa, sifat sesuatu, tindakan, hubungan konsep, dan lain-lain. Maka masalah komunikasi akan menjadi rumit bila komunikasinya menggunakan bahasa verbal. Namun untuk guru yanng kreatif maka akan mendayagunakkan media pembelajaran secara tepat hal itu akan dirasakan mudah, yakni dengan memberikan penjelasan melalui bahasa dramatisasi, simulasi, cerita (mendongeng), cerita bergambar dan lain-lain.

3. Fungsi manipulatif

Fungsi manipulatif ini didasarkan pada ciri-ciri umum yang dimiliki. Berdasarkan ciri-ciri umum ini, media memiliki dua kemampuan, yakni mengatasi batas ruang dan waktu, dan mengatasi keterbatasan indrawi.

Pertama, keterbatasan ruang dan waktu.

  1. Kemampuan media menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit dihadirkan, misalnya peristiwa bencana alam, ikan paus melahirkan, dll.
  2. Kemampuan media menjadikan objek atau peristiwa yang menyita waktu panjang, misalnya fotosintesis, metamorfosis, proses ibadah haji, dll.
  3. Kemampuan media menghadirkan kembali objek ayau peristiwa yang telah terjadi, seperti Perang Dunia, Proklamasi, Peristiwa Nabi Nuh, dll. Biasnya dituangkan dalam film, dramatisasi, dongeng.

Kedua, Keterbatasan indrawi.

  1. Membantu siswa dalam memahamii objek yang terlalu kecil, seperti molekul, virus, dll. Dengan memanfaatkan gambar, film, dll.
  2. Membantu siswa dalam memahami objek yang bergerak terlalu lambat/cepat. Seperti metamorphosis.
  3. Membantu siswa dalam memahami objek kejelasan suara, misalnya belajar membaca al Quran, belajar menyanyi atau musik, yakni dengan pemanfaatan kaset.
  4. Membantu siswadalam memahami objek yang terlalu kompleks, misalnya dengan memanfaatkan diagram, peta, grafik, dll.

 

d.  Fungsi Psikologis

1. Fungsi Atensi

Media pembelajaran dapatmeningkatka perhatian (attention) siswa terhadap materi ajar. Setiap orang memiliki sel saraf pengahambat, yakni sel khusus dalam sistem saraf yang berfungsi membuang sejumlah sensai yang datang. Denngan adanya saraf penghambat  para siswa dapat memfocuskan perhatiannya pada rangsangan yang dianggapnya menarik dan membuang rangsangan yang lainnya.

Dengan adanya media yang tepat guna, maka siswa akan tertarik dan pembelajaran pun menyenangkan.

2. Fungsi Afektif

Yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu.

Perlu diingat bahwa antara tingkah laku afektif dan tingkah laku kognitif delalu berjalin erat. Pemisah antara keduanya hanyalah perbedaan tekanan.

Media pembelajaran yang tepat guna dapat meningkatkan sambutan atau penerimaan siswa terhadap stimulus tertentu. Sambutan atau stimulus itu berupa kemauan. Dengan adanya media pembelajaran, terlihat pada diri siswa kesediaan untuk menerima beban pelajaran, dan untuk itu perhatiannya akan tertuju kepada pelajaran yang diikutinya. Apabila hal tersebut terus dilakukan secara terus menerus, tidak menutup kemungkinan dalam jiwanya melakukan penilaian dan penghargaan terhadap nilai-nilai atau norma-norma yang diperolehnya, dan pada tingkat tertentu nilai-nilai atau norma-norma itu akan diterimanya dan diyakininya. Kemudian terjadilah pengorganisasian nilai-nilai, norma-norma, kepercayaan, ide dan sikap menjadi sistem batin yang konsisten disebut sebagai karakterisasi (Krathwokl, et.al sebagai dikutip Jahja Qahar, 1982: 11-12).

Contohnya televisi, video dan audio sebagai fungsi afektif media pembelajaran.

3. Fungsi Kognitif

Siswa yangbelajar melalui media pembelajaran akan memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapinya, baik objek itu berupa benda, orang atau kejadian. Objek-objek itu direpresentasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang dalam psikologi semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental (WS. Winkel, 1989:42). Misalnya, seorang siswa yang belajar melalui peristiwa, atau melihat bendanya langsung. Maka siswa tersebut akan menceritakan kembali apa yang telah dialaminya kepada temannya dalam bentuk berupa gagasan-gagasan dan tanggapan-tanggapan yang keduanya bersifat mental.

Jelaslah kiranya media pembelajaran telah ikut andil dalam mengembangkan gagasan yang dimilikinya, atau semakin kaya dan luas alam pikiran kognitifnya. Pembahsan tentang aktivitas kognitif ini , meliputi persepsi, megingat, berpikir.

4. Fungsi Imajinatif

Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinasi siswa. Imajinasi menurut Kamus Lengkap Psikologi (C.P. Chaplin, 1993: 239) adalah proses menciptakan objek atau peristiea tanpa pemanfaatan data teoritis.

Pengarang cerita anak-anak, Dwianto Setyawan sebagaimana dikutip Tri Agung Kristanto (Shinta Rahmawati, 2001:15) menandaskan, orang dewasa seharusnya jangan mematikan imajinasi dan fantasi anak. Kalau anak-anak berfantasi tentang robot, pesawat angkasa luar atau cerita lainnya hendaknya jangan dilarang, lalu dipaksa untuk menyesuaikan dengan imajinasi dan fantasi yang dimiliki orang dewasa. Imajinasi dan fantasi yang dimiliki anak berbeda dengan orang dewasa.

Seniman Leornardo da Vinci, demikian menurut Agung Kristanto (Shinta Rahmawati, 2001:16) adalah contoh orang yang memiliki imajinasi dan fantasi yang sangat tinggi. Jauh sebelum helikopter dan pesawat terbang ada, Leonardo da Vinci sudah menuangkannya dalam bentuk gambar.

5. Fungsi Motivasi

Motivasii merupakan seni mendorong siswa untuk terdorong melakukan kegiatan  belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Dengan demikian motivasi merupakan usaha dari pihak luar dalam hal ini seorang guru untuk mendorong, mengaktifkan dan menggerakan siswanya secara sadar untuk telibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

Guru dapat memotivasi siswa dengan cara membangkitkan minat belajarnya dan dengan cara memberikan dan menimbulkan harapan. Donald O. Hebb (Aminuddin Rasyad, 2003:93) menyebut cara pertama adalah arousal dan kedua expectancy. Arousal adalah suatu usaha guru untuk membangkitkan intrinsic motive siswanya, sedangkan expectancy adalah suatu keyakinan yang secara seketika timbul untuk terpenuhinya suatu harapan yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan. Harapan akan tercapainya suatu hasrat atau tujuan dapat menjadi motivasi yang ditimbulkan guru ke dalam diri siswa. Salah satu pemberian harapan itu yakni dengan cara memudahkan siswa-bahkan yang dianggap lemah sekalipun dalam menerima dan memahami isi pelajaran yakni melalui pemanfaatan media pembelajaran.

Jadi dengan adanya media pembelajaran tersebut, siswa akan terdorong keinginannya untuk menerima dan memahami pelajaran yang akan disampaikan.

e. Fungsi Sosio-kultural

Fungsi media dilihat dari sosio-kultural, yakni mengatasi hambatan sosio-kultural antar peserta komunikasi pembelajaran. Bukan hal mudah untuk memahami para siswa yang memiliki jumlah yang cukup banyak. Mereka masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda apalagi bila dihubungkan denga adat, keyakinan, lingkungan dan pengalamn dan lainnya.

Sedangkan di pihak lain, kurikulum dan materi ajar ditentukan dan diberlakukan secara sama untuk setiap siswa. Tentunya guru akan mengalami kesulitan menghadapi hal itu, terlebih ia harus mengatasinya sendirian. Masalah ini dapat diatasi dengan adanya media pembelajaran, karena media pembelajaran memiliki kemampuan dalam memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalamman dan menimbulkan peserpsi yang sama.

 

(Munadi, Yudhi. 2010. Media Pembelajaran – sebuah pendekatan baru. Jakarta : Gaung Persada Press)





Media Pembelajaran

4 06 2011

Pendidikan yang berkualitas menuntut guru yang berkualitas pula. Guru berkualitas yaitu guru yang memiliki 4 kompetensi yaitu komptensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.

Dalam melaksanakan pembelajaran guru dituntut untuk dapat berinovasi. Sehingga pembelajaran yang dilakukan guru dapat lebih diterima oleh siswa siswa serta dapat lebih efektif dan efisien. Salah satu bentuknya yaitu dengan adanya Media Pembelajaran, media pembelajaran membantuk guru dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lebih lancar dan menyenangkan.

1. Pengertian Media Pembelajaran

Ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses pendidikan terdapat komunikator, komunikan, dan pesan (message), yaitu sebagai komponen-komponen komunikasi. Didalam pendidikan yang menjadi komunikator adalah seorang guru  sedangkan siswa yaitu sebagai komunikan dan materi sebagai pesan yang disampaikan guru.

Guru berposisi sebagai peran penggiat dalam proses optimalisasi diri siswa untuk menghasilkan perubahan perilaku yang relatif permanen. Guru disebut penggiat karena dengan pertimbangan siswa adalah orang yang memiliki benih kodrati yang tidak terpisahkan dari lingkungan kehidupannya, maka dalam melaksanakan tugasnya sebagai peran penggiat, guru hendaknya memiliki kemampuan dalam merencana dan menciptakan lingkungan belajar secara kondusif bagi siswa-siswanya.

Namun disini guru tidaklah dipahami sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi dengan posisinya sebagai peran penggiat tadi ia pun harus mampu merencana dan mencipta sumber-sumber belajar lainnya sehingga tercipta lingkungan lajar yang kondusif. Sumber-sumber belajar selain guru inilah yang disebut sebagai penyalur atau penghubung pesan ajar yang diadakan dan/atau diciptakan secara terencana oleh para guru atau pendidik, biasanya dikenal sebagai “media pembelajaran”. Dengan demikian komponen-komponen komunikasi pembelajaran menjadi komunikator, komunikan, pesan dan media.

Lalu apa itu media, kata media sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Orang ada yang menyebutkan bahwa media adalah alat informasi dan komunikasi dan informasi, sarana dan prasarana, fasilitas, penunjang, penghubung, penyalur dan lain-lain.

Kata media berasal dari bahasa Latin, yaitu medius yang secara bahasanya berarti tengah, pengantar, atau perantara. Dalam bahasa Arab media disebut wasail bentuk jamak dari wasilah yakni sinonim al-wasth yang artinya juga tengah. Kata tengah berarti berada diantara dua sisi atau disebut pula perantara atau penghubung kedua sisi tersebut. Artinya yang ditenngah itu yaitu yang mengantarkan, menghubungkan atau menyalurkan sesuatu hal dari satu sisi ke sisi lainnya.

Dari gambar di atas kita dapat lihat terdapat ada drum besar yang terisi air dan drum kecil dan terdapat sebuah slang. Slang tersebut berada ditengah yang menjadi perantara atau penghubung antara drum satu dan drum kedua. Dengan adanya slang atau pipa tersebut maka air dapat mengalir ke drum yang ke dua. Kita ibaratkan dalam pembelajaran drum yang pertama yaitu seorang guru, drum yang kedua yaitu sebagai siswa air sebagai pesan yang akan disampaikan guru sedangkan slang atau pipa yaitu sebagai media (perantara untuk menyampaikan pesan, dapat berupa : bahasa, alat, gambar, dll.)

Jadi media pembelajaran dapat dipahami sebagai “Sebagai sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber (guru) secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif”.